Minggu, 26 Mei 2013

penderitaan seorang anak pemulung



Assalamualaikum wr.wb
                Selamat pagi, hari ini saya akan berbagi cerita dengan kalian. Di simak yaa !


                Di suatu tempat pemukiman yang amat sangat kumuh, tinggal lah seorang lelaki dan ayahnya. Lelaki itu bernama Doni. Ia sekarang berusia 11 tahun, dia tidak sekolah karena kondisi ekonominya tidak mendukung. Dia sangat rajin dan suka membantu ayah nya mencari nafkah untuk makan sehari-harinya, dan itu juga tidak setiap harinya mendapat uang karena tidak mesti mendapat barang-barang untuk di kilokan. Hari sudah gelap, doni pun menunggu kedatangan ayah. Beberapa menit kemudian, ayah datang dan menyuruh nya membantu ayah memindahkan karung-karung ke dalam rumah. Sementara itu, ayah menuju samping rumah utnuk mengambil air dan merebusnya, karena air minumnya habis. Dan mereka pun sudah terbiasa minum air keran. Setelah selesai merebus air dan mengangkut karung-karung ke dalam mereka masuk ke dalam dan berbincang-bincang tentang rencana ayah ingin menyekolahkan Doni.
                Waktu menunjukkan pukul 20.45 dan ayah menyuruhnya tidur, doni pun bergegas menuju kamar yang hanya beralaskan tikar dan lipatan-lipatan kardus.
                “kok belum tidur nak ?” ayah bertanya . “belum bias tidur yah.” Jawab Doni. “pejamkan matamu dulu nak, pasti nanti bias tidur!” perintah ayah. “sudah yah tetap saja tidak bias, ayah tidur dulu saja, ayah pasti capek seharian memungut.” Tanpa menjawab, ayah tertidur pulas.
Doni tidak bisa tidur karena dia memikirkan kemana ibunya pergi sedangkan sejak kecil dia belum pernah melihat ibunya. Dan dia bertanya-tanya dalam batin tentang ibundanya. Dia ingin sekali melihat ibu nya dan memeluknya erat-erat.
                Ayam berkokok membangunkannya. Dia pun segera mengambil air wudlu dan sholat. Setelah itu, seperti biasa, Doni membantu ayah mencari barang-barang bekas di jalanan. Matahari kini sudah berada di atas. Mereka terlihat sangat letih dari kemarin mereka belum mengiri perutnya dengan makanan. Adzan dhuhur sudah dikumandangkan. Mereka bersinggah sebentar di gubuk tua pinggir jalan dan sholat. Setelah itu, ayah membicarakan lagi tentang ayah ingin sekali menyekolahkan Doni. Tetapi, Doni tidak mau karena buat makan saja tidak bisa apalagi akan sekolah. Lalu ayah menjelaskan semuanya, dan yang akan membiayai sekolah nya adalah ibunya. Dan Doni semakin bertanya-tanya keberadaan ibu sekarang, tetapi ayah masih merahasiakan. Mereka melanjutkan perjalanannya.
                Hari pun sudah sore, mereka berhenti mencari barkas. Dan saat sampi di rumah, Doni menanyakan soal tadi siang. Ayah pun menjawab “ibu kamu baik-baik di sana, dia bekerja untuk menyekolahkan kamu, tetapi kamu jangan berharap kamu bisa tinggal bersamanya karena ibumu sudah berkeluarga.” Doni sejenak merenung.
                Pukul 08.00 , “apa ayah tidak bekerja hari ini?” Tanya Doni. “tidak nak, ayah capek.” “lalu kita mau makan pakai apa yah, uang kita sudah habis?” “ ayah masih punya sebungkus nasi di dapur nak, makan saja kalau sudah lapar!”
                “Hari ini ibumu akan datang mengirim uang buat kamu nak, buat sekolah kamu” dalam batin.
Seorang wanita berambut panjang mendatangi rumah Doni. Dan dia membukakan pintu untuk ibunya. Sebelumnya Doni tidak tahu kalau itu ibunya, dan setelah tau kalu ibu cantik itu ibunya, Doni memeluknya erat-erat dan memuji kecantikan wanita itu. Setelah ibu memberikan uang untuk doni, ia berpamitan pulang. Doni pun harus merelakan kepergian ibunda nya lagi dan meneteskan air kerinduan seorang anak kepada ibunya yang sudah bertahun-tahun tidak jumpa. Tetapi doni sangat senang sudah bisa melihat ibunda nya dan sekarang ia bersekolah, bermain bersama teman-temannya.

                Di suatu tempat pemukiman yang amat sangat kumuh, tinggal lah seorang lelaki dan ayahnya. Lelaki itu bernama Doni. Ia sekarang berusia 11 tahun, dia tidak sekolah karena kondisi ekonominya tidak mendukung. Dia sangat rajin dan suka membantu ayah nya mencari nafkah untuk makan sehari-harinya, dan itu juga tidak setiap harinya mendapat uang karena tidak mesti mendapat barang-barang untuk di kilokan. Hari sudah gelap, doni pun menunggu kedatangan ayah. Beberapa menit kemudian, ayah datang dan menyuruh nya membantu ayah memindahkan karung-karung ke dalam rumah. Sementara itu, ayah menuju samping rumah utnuk mengambil air dan merebusnya, karena air minumnya habis. Dan mereka pun sudah terbiasa minum air keran. Setelah selesai merebus air dan mengangkut karung-karung ke dalam mereka masuk ke dalam dan berbincang-bincang tentang rencana ayah ingin menyekolahkan Doni.
                Waktu menunjukkan pukul 20.45 dan ayah menyuruhnya tidur, doni pun bergegas menuju kamar yang hanya beralaskan tikar dan lipatan-lipatan kardus.
                “kok belum tidur nak ?” ayah bertanya . “belum bias tidur yah.” Jawab Doni. “pejamkan matamu dulu nak, pasti nanti bias tidur!” perintah ayah. “sudah yah tetap saja tidak bias, ayah tidur dulu saja, ayah pasti capek seharian memungut.” Tanpa menjawab, ayah tertidur pulas.
Doni tidak bisa tidur karena dia memikirkan kemana ibunya pergi sedangkan sejak kecil dia belum pernah melihat ibunya. Dan dia bertanya-tanya dalam batin tentang ibundanya. Dia ingin sekali melihat ibu nya dan memeluknya erat-erat.
                Ayam berkokok membangunkannya. Dia pun segera mengambil air wudlu dan sholat. Setelah itu, seperti biasa, Doni membantu ayah mencari barang-barang bekas di jalanan. Matahari kini sudah berada di atas. Mereka terlihat sangat letih dari kemarin mereka belum mengiri perutnya dengan makanan. Adzan dhuhur sudah dikumandangkan. Mereka bersinggah sebentar di gubuk tua pinggir jalan dan sholat. Setelah itu, ayah membicarakan lagi tentang ayah ingin sekali menyekolahkan Doni. Tetapi, Doni tidak mau karena buat makan saja tidak bisa apalagi akan sekolah. Lalu ayah menjelaskan semuanya, dan yang akan membiayai sekolah nya adalah ibunya. Dan Doni semakin bertanya-tanya keberadaan ibu sekarang, tetapi ayah masih merahasiakan. Mereka melanjutkan perjalanannya.
                Hari pun sudah sore, mereka berhenti mencari barkas. Dan saat sampi di rumah, Doni menanyakan soal tadi siang. Ayah pun menjawab “ibu kamu baik-baik di sana, dia bekerja untuk menyekolahkan kamu, tetapi kamu jangan berharap kamu bisa tinggal bersamanya karena ibumu sudah berkeluarga.” Doni sejenak merenung.
                Pukul 08.00 , “apa ayah tidak bekerja hari ini?” Tanya Doni. “tidak nak, ayah capek.” “lalu kita mau makan pakai apa yah, uang kita sudah habis?” “ ayah masih punya sebungkus nasi di dapur nak, makan saja kalau sudah lapar!”
                “Hari ini ibumu akan datang mengirim uang buat kamu nak, buat sekolah kamu” ucap ayah dalam batin.
Seorang wanita berambut panjang mendatangi rumah Doni, dan dia membukakan pintu untuk ibunya. Sebelumnya Doni tidak tahu kalau itu ibunya, dan setelah tau kalu ibu cantik itu ibunya, Doni memeluknya erat-erat dan memuji kecantikan wanita itu. Setelah ibu memberikan uang untuk doni, ia berpamitan pulang. Doni pun harus merelakan kepergian ibunda nya lagi dan meneteskan air kerinduan seorang anak kepada ibunya yang sudah bertahun-tahun tidak jumpa. Tetapi doni sangat senang sudah bisa melihat ibunda nya dan sekarang ia bersekolah, bermain bersama teman-temannya.

0 komentar on "penderitaan seorang anak pemulung"

Posting Komentar

Minggu, 26 Mei 2013

penderitaan seorang anak pemulung


Assalamualaikum wr.wb
                Selamat pagi, hari ini saya akan berbagi cerita dengan kalian. Di simak yaa !


                Di suatu tempat pemukiman yang amat sangat kumuh, tinggal lah seorang lelaki dan ayahnya. Lelaki itu bernama Doni. Ia sekarang berusia 11 tahun, dia tidak sekolah karena kondisi ekonominya tidak mendukung. Dia sangat rajin dan suka membantu ayah nya mencari nafkah untuk makan sehari-harinya, dan itu juga tidak setiap harinya mendapat uang karena tidak mesti mendapat barang-barang untuk di kilokan. Hari sudah gelap, doni pun menunggu kedatangan ayah. Beberapa menit kemudian, ayah datang dan menyuruh nya membantu ayah memindahkan karung-karung ke dalam rumah. Sementara itu, ayah menuju samping rumah utnuk mengambil air dan merebusnya, karena air minumnya habis. Dan mereka pun sudah terbiasa minum air keran. Setelah selesai merebus air dan mengangkut karung-karung ke dalam mereka masuk ke dalam dan berbincang-bincang tentang rencana ayah ingin menyekolahkan Doni.
                Waktu menunjukkan pukul 20.45 dan ayah menyuruhnya tidur, doni pun bergegas menuju kamar yang hanya beralaskan tikar dan lipatan-lipatan kardus.
                “kok belum tidur nak ?” ayah bertanya . “belum bias tidur yah.” Jawab Doni. “pejamkan matamu dulu nak, pasti nanti bias tidur!” perintah ayah. “sudah yah tetap saja tidak bias, ayah tidur dulu saja, ayah pasti capek seharian memungut.” Tanpa menjawab, ayah tertidur pulas.
Doni tidak bisa tidur karena dia memikirkan kemana ibunya pergi sedangkan sejak kecil dia belum pernah melihat ibunya. Dan dia bertanya-tanya dalam batin tentang ibundanya. Dia ingin sekali melihat ibu nya dan memeluknya erat-erat.
                Ayam berkokok membangunkannya. Dia pun segera mengambil air wudlu dan sholat. Setelah itu, seperti biasa, Doni membantu ayah mencari barang-barang bekas di jalanan. Matahari kini sudah berada di atas. Mereka terlihat sangat letih dari kemarin mereka belum mengiri perutnya dengan makanan. Adzan dhuhur sudah dikumandangkan. Mereka bersinggah sebentar di gubuk tua pinggir jalan dan sholat. Setelah itu, ayah membicarakan lagi tentang ayah ingin sekali menyekolahkan Doni. Tetapi, Doni tidak mau karena buat makan saja tidak bisa apalagi akan sekolah. Lalu ayah menjelaskan semuanya, dan yang akan membiayai sekolah nya adalah ibunya. Dan Doni semakin bertanya-tanya keberadaan ibu sekarang, tetapi ayah masih merahasiakan. Mereka melanjutkan perjalanannya.
                Hari pun sudah sore, mereka berhenti mencari barkas. Dan saat sampi di rumah, Doni menanyakan soal tadi siang. Ayah pun menjawab “ibu kamu baik-baik di sana, dia bekerja untuk menyekolahkan kamu, tetapi kamu jangan berharap kamu bisa tinggal bersamanya karena ibumu sudah berkeluarga.” Doni sejenak merenung.
                Pukul 08.00 , “apa ayah tidak bekerja hari ini?” Tanya Doni. “tidak nak, ayah capek.” “lalu kita mau makan pakai apa yah, uang kita sudah habis?” “ ayah masih punya sebungkus nasi di dapur nak, makan saja kalau sudah lapar!”
                “Hari ini ibumu akan datang mengirim uang buat kamu nak, buat sekolah kamu” dalam batin.
Seorang wanita berambut panjang mendatangi rumah Doni. Dan dia membukakan pintu untuk ibunya. Sebelumnya Doni tidak tahu kalau itu ibunya, dan setelah tau kalu ibu cantik itu ibunya, Doni memeluknya erat-erat dan memuji kecantikan wanita itu. Setelah ibu memberikan uang untuk doni, ia berpamitan pulang. Doni pun harus merelakan kepergian ibunda nya lagi dan meneteskan air kerinduan seorang anak kepada ibunya yang sudah bertahun-tahun tidak jumpa. Tetapi doni sangat senang sudah bisa melihat ibunda nya dan sekarang ia bersekolah, bermain bersama teman-temannya.

                Di suatu tempat pemukiman yang amat sangat kumuh, tinggal lah seorang lelaki dan ayahnya. Lelaki itu bernama Doni. Ia sekarang berusia 11 tahun, dia tidak sekolah karena kondisi ekonominya tidak mendukung. Dia sangat rajin dan suka membantu ayah nya mencari nafkah untuk makan sehari-harinya, dan itu juga tidak setiap harinya mendapat uang karena tidak mesti mendapat barang-barang untuk di kilokan. Hari sudah gelap, doni pun menunggu kedatangan ayah. Beberapa menit kemudian, ayah datang dan menyuruh nya membantu ayah memindahkan karung-karung ke dalam rumah. Sementara itu, ayah menuju samping rumah utnuk mengambil air dan merebusnya, karena air minumnya habis. Dan mereka pun sudah terbiasa minum air keran. Setelah selesai merebus air dan mengangkut karung-karung ke dalam mereka masuk ke dalam dan berbincang-bincang tentang rencana ayah ingin menyekolahkan Doni.
                Waktu menunjukkan pukul 20.45 dan ayah menyuruhnya tidur, doni pun bergegas menuju kamar yang hanya beralaskan tikar dan lipatan-lipatan kardus.
                “kok belum tidur nak ?” ayah bertanya . “belum bias tidur yah.” Jawab Doni. “pejamkan matamu dulu nak, pasti nanti bias tidur!” perintah ayah. “sudah yah tetap saja tidak bias, ayah tidur dulu saja, ayah pasti capek seharian memungut.” Tanpa menjawab, ayah tertidur pulas.
Doni tidak bisa tidur karena dia memikirkan kemana ibunya pergi sedangkan sejak kecil dia belum pernah melihat ibunya. Dan dia bertanya-tanya dalam batin tentang ibundanya. Dia ingin sekali melihat ibu nya dan memeluknya erat-erat.
                Ayam berkokok membangunkannya. Dia pun segera mengambil air wudlu dan sholat. Setelah itu, seperti biasa, Doni membantu ayah mencari barang-barang bekas di jalanan. Matahari kini sudah berada di atas. Mereka terlihat sangat letih dari kemarin mereka belum mengiri perutnya dengan makanan. Adzan dhuhur sudah dikumandangkan. Mereka bersinggah sebentar di gubuk tua pinggir jalan dan sholat. Setelah itu, ayah membicarakan lagi tentang ayah ingin sekali menyekolahkan Doni. Tetapi, Doni tidak mau karena buat makan saja tidak bisa apalagi akan sekolah. Lalu ayah menjelaskan semuanya, dan yang akan membiayai sekolah nya adalah ibunya. Dan Doni semakin bertanya-tanya keberadaan ibu sekarang, tetapi ayah masih merahasiakan. Mereka melanjutkan perjalanannya.
                Hari pun sudah sore, mereka berhenti mencari barkas. Dan saat sampi di rumah, Doni menanyakan soal tadi siang. Ayah pun menjawab “ibu kamu baik-baik di sana, dia bekerja untuk menyekolahkan kamu, tetapi kamu jangan berharap kamu bisa tinggal bersamanya karena ibumu sudah berkeluarga.” Doni sejenak merenung.
                Pukul 08.00 , “apa ayah tidak bekerja hari ini?” Tanya Doni. “tidak nak, ayah capek.” “lalu kita mau makan pakai apa yah, uang kita sudah habis?” “ ayah masih punya sebungkus nasi di dapur nak, makan saja kalau sudah lapar!”
                “Hari ini ibumu akan datang mengirim uang buat kamu nak, buat sekolah kamu” ucap ayah dalam batin.
Seorang wanita berambut panjang mendatangi rumah Doni, dan dia membukakan pintu untuk ibunya. Sebelumnya Doni tidak tahu kalau itu ibunya, dan setelah tau kalu ibu cantik itu ibunya, Doni memeluknya erat-erat dan memuji kecantikan wanita itu. Setelah ibu memberikan uang untuk doni, ia berpamitan pulang. Doni pun harus merelakan kepergian ibunda nya lagi dan meneteskan air kerinduan seorang anak kepada ibunya yang sudah bertahun-tahun tidak jumpa. Tetapi doni sangat senang sudah bisa melihat ibunda nya dan sekarang ia bersekolah, bermain bersama teman-temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

 

welcome to my blog Copyright 2008 Fashionholic Designed by Ipiet Templates Supported by Tadpole's Notez