Benci jadi cinta
Gadis berkulit putih,mata bulat
seperti bola pingpong dan rambutnya yang merah panjang seperti rambut jagung
itu, bernama Nina. Di sekolahnya ia terkenal kepandaiannya bermain alat musik.
Ia masih duduk di bangku kelas 3, SMP NEGERI BIMA SAKTI.
Terdengan oleh nina suara gemuruh petir bersamaan dengan suara
adzan di telinga nina, diiringi rasa takut nina menutup jendela
kamarnya,tiba-tiba “clab” semuanya gelap tak satupun benda yang dapat dilihat
olehnya. Karena ketakutan, nina berteriak memanggil ibunya, tangannya
meraba-raba segalanya, dengan tidak sengaja “pyaang” gelas di atas meja belajar
nina di sampar olehnya, tanpa basa-basi ibu dan ayah menuju ke kamar nina untuk
mengkondisikan.
“sudah nak jangan takut, ibu di sini” ucap ibu
kepadanya. Ayah dan ibu di samping kanan-kiri memeluk nina. Tak lama setelah
nina mendapat pelukan hangat, lampu pun nyala, ayah mengajak keduannya untuk
sholat maghrib. Setelah sholat dilaksanakan, ibu membantu Nina membersihkan
pecahan-pecahan kaca di kamarnya. Lalu, nina langsung mempersiapkan buku dan
alat tulis yang akan dibawa kesekolah besok. Tidak lupa nina menyelesaikan
pekerjaan rumah (PR) yang sudah menjadi kewajibannya. Ibu keluar dari kamar
mempersiapkan makan malam, setelah semua dipersiapkan, “nina ninaa, makan malamnya
sudah ibu siapkan nak” panggilnya ibu kepada nina. “iya bu, sebentar lagi nina
selesai” jawabnya kepada ibu.
Ayah,ibu dan nina makan malam bersama,
selesai makan, nina tidak lupa cuci kaki,cuci muka sebelum tidur dan kedua
orang tua nina juga tidak lupa mengucapkan selamat tidur dan mencium kening
nina.
Ayam berkokok menghentikan tidur malam
nina, mata ngantuknya menuju jam beker di sebelah kiri nina berbaring. Jarum
jam menunjukkan pukul 05.15 seperti biasa, nina memulai kegiatannya diawali
sholat subuh, setelah sholat nina mengecek tas ranselnya, memastikan barang
bawaannya. Kebetulan hari ini pelajaran musik, tidak lupa Nina membawa biola
pemberian nenek yang sering di mainkannya. Sebelum berangkat kesekolah nina
membiasakan diri untuk sarapan terlebih dahulu. Setelah semuanya siap, ayah
mengantarkan kesekolah dengan mobil kodok hijau yang biasa mengantar jemput
Nina.
Sesampai didepan gerbang
sekolah,segerombol teman nina menghampirinya. Mereka saling memamerkan alat
musiknya. Sambil berjalan menuju kelas, mereka mengeluarkan alat-alat musik
mereka dari tas ranselnya.
“teet teet teeet” bel tanda masuk kelas berbunyi, mereka
masuk kelas dengan tertib.Bu Reti guru musik kelas 3 masuk kelas dengan
mengucap salam, dan anak-anak menjawab salam dengan suara lantang. Mereka sudah
mempersiapkan alat musik mereka di atas meja dan sudah tidak sabar akan
dimulainya bermain alat musik. Bu reti meminta anak-anak membuat kelompok dan
akan memainkannya bersama-sama. Nina menghampiri Ita di tempat duduk Ita. Dari
belakang, Bobi dan Reno berkejaran dan tidak sengaja, Bobi teman satu kelas
yang sangat di benci oleh Nina karena kejailannya menabrak Nina “aaaa”
teriaknya Nina. Biola jatuh kebawah dan pecah membelah menjadi dua. Menangisi
biolanya yang rusak sambil jongkok mengambilnya. Teman-teman berteriak
menyoraki Bobi, Ita berusaha menenangkan Nina tapi masih saja menangis.
Berjalan ke arah Nina sambil menenteng gitar “ sudah sudah jangan menangis !
dan kamu Bobi minta maaflah kepada Nina, semuanya tenang, tidak usah saling
menyalahkan. Akhirnya Bobi meminta maaf pada Nina. Saat Bobi memegang tangan
Nina, teman-teman malah menertawakan dan menyorakin keduanya seolah-olah
mengejek.Oke teman-teman sekarang kita mulai pelajarannya” sambung Bu Reti.
Anak-anak bergegas ke bangku mereka masing-masing. Nina tampaknya masih
memikirkan biola kesayangannya. Sejak kejadian itu, ia selalu menunjukkan muka
kecewanya ke semua orang dan dia tidak pernah mau tersenyum bahkan tertawa.
Guru musik pun mencoba membuat lelucon tetapi tetap saja tidak bisa membuat
Nina tertawa seperti biasanya, malah teman-temannya yang tertawa
berbahak-bahak, sedangkan Nina hanya melihat dan menundukkan kepala sambil
menggaruk-garukkan kepala dengan tangan kanannya. Tidak terasa pelajaran musik
pun selesai, pukul 13.25 telah berlalu, bel pulang pun berbunyi. Semuanya berkemas-kemas
meninggalkan kelas. Tetapi Nina masih saja berdiam diri di bangku tempat ia
duduk. Semuanya telah meninggalkan kelas, karena Bobi sangat merasa bersalah
kepada Nina, akhirnya Bobi menghampiri Nina dan memohon-mohon kepada Nina agar
Nina berhenti menangis dan Bobi berjanji akan mengganti biolanya. “tidak perlu
Bob,biola pemberian Nenek sama pemberian mu itu sangatlah beda, dan kamu tidak
perlu menggantinya, aku tidak kenapa-kenapa dan aku sudah
mengikhlaskannya” ucap Nina kepada Bobi.
Air mata Nina pun masih tetap membasahi pipi Nina, Bobi tidak tega melihat Nina
karena ia yang selama ini menjaili dan sekarang membuatnya menangis. Dengan
perasaan yang tulus Bobi mengusap air mata yang mengalir di pipi Nina. Dan Bobi
mengajaknya pulang bersama, dengan suara yang lirih, Nina menolak ajakan Bobi.
Bukan karena tidak mau pulang bersama tetapi mobil kodok hijaunya sudah menjemput
di depan sekolah. Sesampai di dalam mobil, “kenapa kamu nin,kok mukannya
cemberut begitu? Ada masalah apa di sekolah?” tanya ayah kepada Nina. “eemmm
iini yah, biola Nina rusak, tadi waktu pelajaran musik tidak sengaja aku di
tabrak sama temanku dan biolanya jatuh”. Jawab Nina lirih ketakutan. “ooh jadi
itu masalahnya, ya sudah tidak usah di sesali, anggap saja itu kecelakaan kecil
dan besok ayah akan membelikannya yang baru”.
Sesampai dirumah, Nina pun menghadapi pertanyaan yang sama
seperti yang ayah tanyakan kepada Nina dan ia
menceritakan kejadian itu kepada Ibu. Lalu Nina masuk ke kamar dan tidak
henti-hentinya menangisi biola kesayangannya. Nina membaringkan badannya
sejenak, telepon genggam di sebelah kiri ia berbaringpun berbunyi, nina
mengabaikannya , berkali-kali teleponnya terus berbunyi, dengan malas-malasan
ia mengangkatnya dan ternyata Bobi yang menelepon. Bobi tetap saja belum bisa
melupakan kejadian itu, ia akan menebus kesalahannya dengan mengajak Nina dinner
di cafe bintang tempat paling special di daerah mereka tinggal. Nina
masih memikirkan ajakan Bobi, dan Nina tidak menolak ajakan Bobi yang kedua
kalinya walaupun ia masih sebel dan benci dengan kelakuan Bobi. Haripun mulai
gelap, Bobi menghampiri Nina dan meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk
mengajak Nina keluar. Keduanya pun di izinkan pergi asalkan jam 8 sudah sampai
di rumah. Sesampai di cafe, keduanya disambut dengan lampu-lampu yang
berkelap-kelip seakan menyapanya. Dari arah meja utara, pria tinggi berpakaian
seragam itu menghampiri keduanya dan menyodorkan daftar menu yang tersedia.
Lalu keduanya memilih makanan favorit mereka masing-masing dan saat itu juga
mereka mengucapkannya bersamaan kepada pelayan dan ternyata makanan favorit
merekapun sama. Sambil menahan tawanya, pelayan itu lagi-lagi menawarkan
makanan dan minumannya. Minuman khas
bali sekaligus minuman favorit merekapun dipesan oleh keduanya. “koktailnya
satu ya” ucap mereka bersamaan pula. Lalu mereka saling bertatap mata dan
akhirnya Nina tertawa juga. Suasana pun membuat rasa benci Nina terhadap Bobi
hilang. Sudah setengah jam mereka berbincang-bincang, gara-gara kejadian tadi
siang, tiba-tiba Bobi mempunyai perasaan lebih sekedar dari teman biasa. Dan
malam itu juga saat mereka berjalan pulang, Bobi mengungkapkan perasaannya dan
beribu-ribu maaf di ucapkannya karena selama ini dia selalu menjahilinya. Nina
tidak tahu akan berkata apa, ia hanya menjawab dengan senyuman.
Haripun berganti, tidak biasanya Bobi
duduk di bangku baris kedua sebelah Nina duduk. Saat bu Leni (guru ipa kelas 3)
menerangkan sejarah perkembangan model atom, ia tidak mendengarkan melainkan
hanya melamun menatap ke arah Nina. “Bobi..Bobi..” panggilnya bu Leni. Bobi
tidak sadar kalau bu Leni berkali-kali memanggilnya, lalu berjalan ke arah Bobi
dan menggebrak mejanya. Karena sangat kaget, Bobi melantur “Nina cantik..nina
cantik”. Semua temannya menertawakan tingkahlaku Bobi. Rasa malu menyelimuti
diri Bobi. Lalu Bu Leni menyuruh Bobi menerangkan apa yang telah di terangkan.
Ia hanya bisa berdiri dan memutar balikkan kepalanya. Peringatan pertama
dilontarkan kepada Bobi, bel istirahat pun berbunyi. Bobi bergegas menghampiri
Nina dan menarik lengan tangan Nina ke luar kelas. Mereka dan teman-teman Nina
duduk-duduk di depan kelas. Sudah tidak sabar Bobi mendengarkan jawaban dari
Nina. Tanpa memikir panjang lebar, Nina menerima ungkapan perasaan Bobi tadi
malam. Teman-teman heboh mendengar kata-kata yang di ucamkan dari mulut Nina
dan mereka saling mendorong keduanya. Sejak kejadian kemarin pun, Nina dan Bobi
sekarang saling suka dan menyayangi.
0 komentar on "cerpen"
Posting Komentar